ILMU BUDAYA
DASAR
KEARIFAN LOKAL SUKU SUNDA
AZHAR PRAWIRA
SANI
|
11217097
|
RATNA
OKTAVIANI
|
14217984
|
THIRZA
AGQISYA SOFYAN
|
16217418
|
YOSUA
HADIYANTO
|
16217310
|
VILIAYANTI
SERAWA
|
1B216006
|
Kearifan lokal Suku Sunda
Kearifan lokal merupakan
bagian dari budaya suatu masyarakat yang
tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal
biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui
cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita
rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat. Kearifan
lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu
melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman
terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat
Ciri-Ciri Kearifan Lokal
Kearifan
Lokal memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu :
1. Mempunyai kemampuan mengendalikan.
2. Merupakan benteng untuk bertahan dari pengaruh budaya luar.
3. Mempunyai kemampuan mengakomodasi budaya luar.
4. Mempunyai kemampuan memberi arah perkembangan budaya.
5. Mempunyai kemampuan mengintegrasi atau menyatukan budaya luar
dan budaya asli.
Kearifan
Lokal merupakan pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode yang panjang dan
berevolusi bersama dengan masyarakat dan lingkungan di daerahnya berdasarkan
apa yang sudah dialami. Jadi dapat dikatakan, kearifan lokal disetiap daerah
berbeda-beda tergantung lingkungan dan kebutuhan hidup.
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat
majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti
nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya
kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan
hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa
Indonesia.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki
kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya
masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan
masyarakat. Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural
maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku
bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri kahas kebudayaan yang berbeda- beda.
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah
satu suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang
membedakannya dengan suku lain. Keunikan kharakteristik suku Sunda ini
tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata
pencaharian, kesenian dan lain sebagainya. Suku Sunda dengan sekelumit
kebudayaannya merupakan salah satu hal yang menarik untuk dipelajari dalam
bidang kajian mata kuliah Pluralitas dan Integritas Nasional yang pada akhirnya
akan menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi kita.
2.
Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan masalah maka
penulis membatasi pada :
- Seperti apakah kebudayaan suku Sunda ?
- Bagaimana masalah sosial yang ada dalam
masyarakat Sunda ?
- Bagaimana sistem interaksi dalam
masyarakat Sunda ?
- Bagaimana stratifikasi masyarakat Sunda
?
3.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
- Mengetahui kebudayaan suku Sunda.
- Memahami salah satu bentuk masalah
sosial yang ada dalam masyarakat Sunda.
- Menelaah sistem interaksi dalam
kehidupan keseharian suku Sunda.
- Mengetahui akan stratifikasi suku Sunda.
BAB II
PEMBAHASAN
Kebudayaan Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari
bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung barat pulau
Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup wilayah administrasi propinsi Jawa Barat,
Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Jawa Barat merupakan
provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Kerana letaknya yang
berdekatan dengan ibu kota negara maka hampir seluruh suku bangsa yang ada di
Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda
yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang
banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat, Suku Betawi banyak mendiami
daerah bagian barat yang bersempadan dengan Jakarta. Suku Minang dan Suku Batak
banyak mendiami Kota-kota besar di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor,
Bekasi, dan Depok. Sementara itu Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di
seluruh daerah Jawa Barat.
Gambar 1.
Kebudayaan suku sunda
Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan
yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya
perlu dilestarikan. Kebudayaan- kebudayaan tersebut akan dijabarkan sebagai
berikut :
- Sistem Kepercayaan
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya
sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang
tinggal di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu,
Budha.Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya
seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam
semesta. Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat,
sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi
(gotong royong).
Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah
lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya
adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil
diriNya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini
disebut Dewata). Ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan
Kabar Baik kepada mereka.
- Mata Pencaharian
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan
tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan
orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari
Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara
umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia.
Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa
pendidikan, pembinaan, dll.
- Kesenian kirab helaran
Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah
suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan
dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada
acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ;
menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT
Kemerdekaan RI dan kegiatan hari- hari besar lainnya. Seperti yang diikuti
ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa
arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini
yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot
Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok
masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak,
kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
Gambar 2.
Sisingaan
- Karya Sastra
Di bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam
bahasa Jawa yang berasal dari daerah kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak
lengkap, apabila para pembaca mengenal karya sastra lainnya dalam bahasa Jawa
namun berasal dari daerah Sunda, Babad Cerbon Cariosan Prabu Siliwangi Carita
Ratu Galuh
- Seni Tari
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka
budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang
terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan
tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari
tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan
iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan
beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa
diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong
ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling
menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang,
berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering
dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
Gambar 3.
Tarian Jaipong
- Alat Musik
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan
prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah)
dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada)
pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari
awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang
berwarna putih) Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat
dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938.
Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local
atau tradisional
Gambar 4.
Alat music angklung
Sistem
Kekerabatan
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental,
garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda,
ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan
peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh
sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu
sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya,
pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak,
incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg,
kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek,
anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung
serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya.
Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah,
silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah
dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.
3.
Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa
Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat
komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang serta pendukung
kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan bagian dari
budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda yang
merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.
4.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Masalah pendidikan dan teknologi di dalam
masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari
peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam
memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga
yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa Barat,
yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia
dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010″ merupakan kehendak, harapan,
komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa Barat
dalam mencapai tujuan pembangunannya.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian
yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan Jawa
Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi
pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan
adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk
senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks
ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya
dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis, falsafah
kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna mendalam
adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi
tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana
pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat
jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata
krama. Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter, memiliki ilmu
pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya
mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur, bageur, bener, pinter,
tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach.
Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam
menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah
5.
Masalah
sosial dalam masyarakat suku sunda
Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di
Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa
sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relatif
lebih tua, setidaknya dalam hal pengenalan terhadap budaya tulis.
“Kegemilangan” kebudayaan Sunda di masa lalu,khususnya semasa Kerajaan
Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian seringkali
dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaanSunda. Dalam
perkembangannya kebudayaan Sunda kini seperti sedang kehilangan ruhnya
kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang,
serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda, terutama
dalam merespons berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari
luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu
menggembirakan. Bahkan, kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki daya hidup
manakala berhadapan dengan tantangan dari luar. Akibatnya, tidaklah
mengherankan bila semakin lama semakin banyak unsur kebudayaan Sunda yang
tergilas oleh kebudayaan asing. Sebagai contoh paling jelas, bahasa Sunda yang
merupakan bahasa komunitas orang Sunda tampak semakin jarang digunakan oleh
pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda. Lebih memprihatinkan
lagi, menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari terkadang
diidentikkan dengan “keterbelakangan”, untuk tidak mengatakan primitif.
Akibatnya, timbul rasa gengsi pada orang Sunda untuk menggunakan bahasa Sunda
dalam pergaulannya sehari-hari. Bahkan, rasa “gengsi” ini terkadang ditemukan
pula pada mereka yang sebenarnya merupakan pakar di bidang bahasa Sunda,
termasuk untuk sekadar mengakui bahwa dirinya adalah pakar atau berlatar
belakang keahlian dibidang bahasa Sunda.
Adanya kondisi yang menunjukkan lemahnya daya hidup
dan mutu hidup kebudayaan Sunda disebabkan karena ketidakjelasan strategi dalam
mengembangkan kebudayaan Sunda serta lemahnya tradisi, baca, tulis , dan lisan
(baca, berbeda pendapat) di kalangan komunitas Sunda. Ketidakjelasan strategi
kebudayaan yang benar dan tahan uji dalam mengembangkan kebudayaan Sunda tampak
dari tidak adanya “pegangan bersama” yang lahir dari suatu proses yang
mengedepankan prinsip-prinsip keadilan tentang upaya melestarikan dan
mengembangkan secara lebih berkualitas kebudayaan Sunda. Apalagi jika kita
menengok sekarang ini kebudayaan Sunda dihadapkan pada pengaruh budaya luar.
Jika kita tidak pandai- pandai dalam memanajemen masuknya
budaya luar maka kebudayaan Sunda ini lama kelamaan
akan luntur bersama waktu. Berbagai unsur kebudayaan Sunda yang sebenarnya
sangat potensial untuk dikembangkan, bahkan untuk dijadikan model kebudayaan
nasional dan kebudayaan dunia tampak tidak mendapat sentuhan yang memadai.
Ambillah contoh, berbagai makanan tradisional yang dimiliki orang Sunda, mulai
dari bajigur, bandrek, surabi, colenak, wajit, borondong, kolontong, ranginang,
opak, hingga ubi cilembu, apakah ada strategi besar dari pemerintah untuk
mengemasnya dengan lebih bertanggung jawab agar bisa diterima komunitas yang
lebih luas.
6.
Sistem
interaksi dalam suku sunda
Jalinan hubungan antara individu- individu dalam
masyarakat suku Sunda dalam kehidupan sehari- hari berjalan relatif positif.
Apalagi masyarakat Sunda mempunyai sifat someah hade ka semah. Ini terbukti
banyak pendatang tamu tidak pernah surut berada ke Tatar Sunda ini, termasuk
yang enggan kembali ke tanah airnya. Lebih jauh lagi, banyaksekali sektor
kegiatan strategis yang didominasi kaum pendatang. Ini juga sebuah faktayang
menunjukkan bahwa orang Sunda mempunyai sifat ramah dan baik hati kepadakaum
pendatang dan tamu.
Diakui pula oleh etnik lainnya di negeri ini bahwa
sebagian besar masyarakat Sunda memang telah menjalin hubungan yang harmonis
dan bermakna dengan kaum pendatang dan mukimin. Hal ini ditandai oleh hubungan
mendalam penuh empati dan persahabatan Tidaklah mengherankan bahwa
persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap terjadi dalam
kehidupan sehari-hari antara warga Sunda dan kaum pendatang. Hubungan urang Sunda
dengan kaum pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa pun-keseharian,
pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui komunikasi yang
efektif. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahpahaman dan konflik
antarbudaya antara masyarakat Sunda dan kaum pendatang kerap terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Yang menjadi penyebab utamanya adalah komunikasi dari
posis posisi yang terpolarisasikan, yakni ketidakmampuan untuk memercayai atau
secara serius menganggap pandangan sendiri salah dan pendapat orang lain benar.
Perkenalan pribadi, pembicaraan dari hati ke hati,
gaya dan ragam bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara (paralinguistik),
bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara menyapa,cara duduk, dan aktivitas-aktivitas
lain yang dilakukan akan turut memengaruhi berhasiltidaknya komunikasi
antarbudaya dengan orang Sunda. Pada akhirnya, di balik kearifan,sifat ramah,
dan baik hati orang Sunda, sebenarnya masih sangat kental sehingga halini
menjadi penunjang di dalamterjalinnya system interaksi yang berjalan harmonis.
7.
Stratifikasi
suku sunda
Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda,
mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung
pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti
terhadap perkawinan, pekerjaan, dll. seseorang tidak dapat lepas dari keputusan
yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat yang lebih luas,
misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat banyak dikontrol oleh
pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top leader” yang mengelola
pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan keagamaan. Selain
pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan sebagai kelompok
elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di dalam proses
pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan perkembangan
desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida, menggambarkan struktur
masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau agraris.1
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam
lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan
yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau
sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao,
buyut, aki, bapa, anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur,
dulur misan, besan), melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan
kerukunan sosial. Bapa/indung, aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih
tinggi dalam struktur hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak, incu,
alo, suan.
Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi
(adik), ua lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan
seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur
kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga
menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta
menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya
guna membentuk keluarga inti baru. Pancakaki dapat pula digunakan sebagai media
pendekatan oleh seseorang untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya.
Dalam hubungan ini yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya hendaknya dihormati
oleh yang lebih rendah, melebihi dari yang
sama dan lebih rendah derajat pancakaki-nya.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang
ada di Jawa. Suku Sunda memiliki kharakteristik yang unik yang membedakannya
dengan masyarakat suku lain. Kekharakteristikannya itu tercermin dari
kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, kesenian, adat
istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya. Kebudayaan yang dimiliki suku
Sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan membuat makalah suku Sunda ini
diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Sunda
tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya
dapat bermanfaat dalam dunia kependidikan.
2.
Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan
sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai
kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal
atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari
kepribadian bangsa.
Daftar Pustaka
https://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/10/makalah-kebudayaan-suku-sunda/